Al-Qur’an Sumber Ilmu Yang Tak Pernah Kering
SEMAKIN digali dan dikaji, akan semakin luas dan dalam kandungan ilmu yang terdapat dalam Al-Qur’an.
Dalam suatu kesempatan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, pernah berdiskusi dengan seorang profesor dari Universitas McGill, Montreal, Kanada. Sang profesor mengajar mata kuliah Islamologi di universitas tersebut.
“Sebagai dosen Islamologi, apa yang paling menarik dari agama yang dibawa Muhammad ini?” tanya Komaruddin.
Sang profesor menjawab, “Saya sangat terkesan dengan Al-Qur’an.”
Profesor ini menambahkan, “Jika saya membaca buku-buku teori akademis, cukuplah seminggu persiapannya dan saya sudah bisa menjelaskan di depan mahasiswa hampir 80 persen dari kandungan buku serta formula pokoknya. Kalau saya membaca novel, cukuplah sekali saja, sudah malas membaca untuk yang kedua kalinya. Buku-buku ilmiah itu, loginya linier, runtut, mudah diikuti urai-uraiannya sejak dari judul, daftar isi, masalah pokok, metode pembahasan, tesis pokok yang disajikan, dan kemudian kritik serta kesimpulan. Bahkan, dengen metode speed reading (baca cepat), buku yang cukup tebal bisa dibaca dalam waktu sehari saja. Namun, sungguh berbeda ketika saya membaca Al-Qur’an,” ujarnya.
Menurut pengakuan sang profesor, pada awalnya dirinya merasa bingung dengan gaya bahasa Al-Qur’an yang loncat-loncat dan tidak sistematis. Namun demikian, dirinya terus saja membaca Al-Qur’an.
“Kalau memang susunan kata dan kalimatnya tidak sistematis dan kacau, mengapa kitab ini selalu dicetak ulang hingga ribuan kali. Bahkan, banyak orang yang mendapatkan ilmu pengetahuan dan inspirasi serta menulis ribuan buku dari kitab yang tidak konsisten ini,” jelas profesor tersebut sebagaimana ditirukan Komaruddin Hidayat.
“When I read Al-Qur’an, I feel I take a long and beautiful journey of meaning trhough sentence by sentence, word by word,” ungkap profesor tersebut. Penjelasan ini disampaikan Komaruddin dalam pengantanya pada buku Matematika Al-Qur’an yang ditulis oleh KH. Fahmi Basya.
Komaruddin mengatakan, Al-Qur’an memiliki keunikan. Karena keunikannya itu pula, banyak ilmuwan terinspirasi untuk menulis dan mengemukakan sesuatu berdasarkan keterangan Al-Qur’an.
Lihatlah, betapa banyak buku keislaman yang ditulis oleh sejumlah ilmuwan yang sebagian besar bersumber dari Al-Qur’an. Dalam bidang keagamaan, tercatat buku-buku fikih, akidah, filsafat, tafsir, sejarah nabi dan rasul, dan lain sebagainya.
Sementara itu, dalam bidang umum, banyak ilmuan berhasil mengungkapkan beragam ilmu pengetahuan yang juga berdasarkan Al-Qur’an. Misalnya, matematika, fisika, kimia, biologi, geografi, teknologi, pembuatan pesawat terbang, ilmu tentang hewan, laut, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya.
Al-Qur’an mengatakan, “Katakanlah, sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).” (QS. Al-Kahfii: 109)
Dalam surah Lukman ayat 27, Allah berfirman, “Dan, seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya, Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Penjelasan ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an bagaikan sumber ilmu pengetahuan yang tak akan pernah habis untuk ditulis manusia kendari semua samudra (lautan) yang ada di dunia ini dijadikan tinta. Bahkan, hingga kering lautan itu dan ditambahkan lagi sebanyak tujuh samudra, ilmu Allah masih sangat luas.
Dalam surat Al-Israa ayat 85, Allah berfirman, “Dan, tidaklah kamu diberi ilmu, kecuali hanya sedikit.” Ayat ini menunjukkan bahwa ilmu manusia sangatlah kecil di mata Allah. Manusia tidak mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi. Sedangkan, Allah mengetahui semuanya baik yang di langit, di bumi, di antara keduanya, maupun yang tersembunyi, tak luput dari pengetahuan Allah.
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah), melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syarat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan dan di belakang mereka dan mereka tidak mengetahui pa-apa dari ilmu Allah, melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan, Allah tidak merasa berat memelihari keduanya dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al-Baqarah: 255)
Dalam hal ini, Imam Syafi’i (Muhammad bin Idris al-Syafi’i) pernah berkata, “Semakin aku mengetahui sesuatu, akan makin tampak kebodohannku.” Keterangan ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an adalah sumber ilmu pengetahuan yang akan selalu berkembang. Dan, hanya orang-orang yang beriman dan diberi petunjuk yang sanggup membuka sebagian rahasia dari ilmu Allah. Mereka itulah orang-orang yang berpikir dan menggunakan akalnya. Wa Allahu A’lam. [sya]
Dikutip dari Islam Digest Republika Edisi Ahad, 16 Agustus 2009.